Betapa senang jika kita punya banyak teman. Betapa gembira jika
perkataan dan perintah kita diikuti orang lain. Ternyata kuncinya ada
pada suasana qalbu kita. Sehingga Rasulullah saw. mengingatkan kita akan
pentingnya menjaga hati yang bersih. Sebagaimana sabda beliau;
اَلاَ
اِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَة اِذا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُهُ وَاِذا
فَسَدَتْ فَسَدَالجَسَدُ كُلُهُ اَلاَ وَهِيَ القَلْبُ (روه البخاري
ومسلم)
“Ketahuilah bahwa sesunggunhynya dalam jasad itu
terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya
dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati (qalbu).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh beruntung bagi siapapun
wabilkhusus aktifis dakwah , yang mampu menata qolbunya menjadi hati yang baik, bening, jernih, bersih, dan selamat.
Sungguh
berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang
tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain
senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan,
dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan
tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan .
Betapa tidak,
orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih
jernih, bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang
cerah, lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar,
sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa
nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman
tulus seperti ini.
Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan
bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri,
terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya. Subhanallah!. Setiap
butir kata yang keluar dari lisannya, yang telah tertata dengan baik
ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan
manfaat. Tutur katanya bernash dan berharga. Inilah buah dari gelegak
keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa
membahagiakan orang lain.
Hati yang bersih merupakan buah dari
amal yang diperbuat seseorang. Bakr bin Abdullah Al-Muzanni, seorang
tabi’in mengungkapan akan hal ini seperti dalam penuturannya;
“إذَا وَجَدْتَ مِنْ إِخْوَانِكَ جَفَاءً، فَتُبْ إلىَ اللهِ فَإِنَّكَ أَحْدَثْتَ ذَنْبًا،
وَإِذَا وَجَدْتَ مِنْهُمْ زِيَادَةَ وُدٍّ، فَذَلِكَ لِطَاعَةٍ أَحْدَثْتَهَا فَاشْكُرِ اللهَ تعالى
Jika
kalian mendapati pada saudaramu kekeringan, maka segeralah bertaubat
kepada Allah, karena sesungguhnya itu merupakan akibat dari dosa yang ia
kerjakan. Dan apabila kalian mendapati dari mereka bertambah kasih
sayang, yang demikian itu merupakan buah dari ketaatan, maka
bersyukurlah kepada Allah.
Orang yang bersih hati, akal
pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk
berpikir jelek. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama
sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana
mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak
berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam
menjalani setiap waktu yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya
untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang
yang bersih hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap
permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih
cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Bersih hati
ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal
pikirannya. Subhanallah!
Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh
kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung
menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang, dan
kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika
tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja
tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan
untuk berbuat banyak kepada umat.
Tarnyata hati yang bersih,
sangat banyak manfaatnya. Apalagi kita sebagai aktifis dakwah. Aktifis
dakwah yang telah tertata hatinya adalah aktifis yang telah berhasil
merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan. Tidak mengherankan
ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu
yang teramat mengesankan. Hati yang bersih akan mampu menaklukan hati
orang lain dan itulah wasilah dakwah kita sebelum kita menaklukan hati orang lain. Abbas As-sisi mengatakan Abbas:
كَسْبُ الْقُلُوبُ مُقَدَّم على كَسْبِ العُقُولِ
”Menaklukan hati lebih didahulukan sebelum menaklukan akalnya.”
Hati
yang bersih, ibarat magnet yang dapat menarik benda-benda di
sekitarnya. Akan terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah
hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa dengannya
akan merasakan kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu dengannya akan
memperoleh aneka manfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun,
orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan. Dan
tentunya bagi seorang aktifis dakwah, hati yang bersih merupakan modal
untuk dapat menaklukan hati-hati manusia untuk diajak ke jalan yang
benar yang kemudian digiring bersama-sama untuk berjuang di jalan Allah
swt.
Penting bagi setiap aktifis dakwah untuk mentadabburi hadits Rasul saw. berikut ini;
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ .) رواه البخاري ومسلم(
”Ruh-ruh
itu bagaikan prajurit yang selalu bersiap siaga. Maka siapa yang
mengenalnya ia akan bersatu dan jika tidak mengenalnya akan berpecah.”
(HR. Bukhori Muslim)
Subhanallah!, lebih dari semua itu,
kebersihan hati pun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah swt.
menjadi luar biasa membawa manfaat. Dengan berbekal keyakinan yang
mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan
mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram.
Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya
lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula doa-doanya menjadi luar biasa
mustajab. Mustajabnya doa tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya.
Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak,
Allahu Akbar...
Allahu a’lam