Bismilahirrahmanirrahiim.
Alhamdulillahi hamdan kasiran kama amar, Asy hadu anla laa ilaha illallah wa Asy hadu anna Muhammadar Rasulullah, Amma ba’du.
SOBATKU YANG SHOLEH DAN SHOLEHAH, semoga
anda selalu dalam lindungan Allah, dan menjadi manusia yang terbimbing
dalam hidup. Doa dan salam tercurah buat uswah mulia Nabi Muhammad Saw.
Salam jumpa sobatku yang beriman, hamba
menyapa kepada seluruh punggawa dakwah yang sukses dan istiqomah, semoga
limpahan rahmat dan kesuksesan selalu menyertai ikhwah fillah fie
dakwah. Ketahuilah, gelombang dakwah pasang surut laksana deburan ombak
di tepian pantai, ghirah aktivis naik turun bagai temperatur suhu,
geliat partisipasi umat mewarnai dakwah laksana pelangi indah di langit
nan biru, kalimat tauhid mengiringi langkah kaki para kesatria-kesatria
dakwah. Kesabaran, kesungguhan dan keikhlasan menjadi pakaian yang
selalu melekat dalam diri para pengemban risalah. Fitnah berupa pujian
dan cacian menjadi cerita harian yang dirasakan oleh mereka. Pepatah
mengatakan “ Semakin jauh berjalan makin banyak yang dilihat, semakin lama hidup makin banyak yang dirasa” inilah ungkapan yang menjadi romantika serta pengalaman dakwah yang indah bagi para pejuang-pejuang Islam yang sabar. Allahu Musta’an.
Para pembaca yang budiman, artikel edisi kali ini bertajuk “Dai Kharismatik, Karakteristik Dai yang dicintai Allah dan Manusia”
tema ini diambil dari sinopsis judul asli buku DAI KHARISMATIK yang
akan segera terbit! Kita mulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan,
kenapa tema ini kita angkat? So pasti ada hal penting yang akan
dijelaskan ditulisan ini, tentunya yang bertalian dengan persoalan
dakwah. Dalam dunia pergerakan masalah dakwah adalah “Amrun Adzhim- Perkara Agung”.
Ketahuilah sobatku, Pergerakan Islam dimulai dari amalan dakwah,
aktivitas dakwah di zaman Rasul adalah sebuah proyek besar candradimuka
yang dilakukan generasi awal Islam dalam memperjuangkan Islam. Yakinlah,
tidak ada kemenangan dan kejayaan kecuali diawali dari dakwah. Dari
sinilah persoalan Islam terangkat, dari sinilah persoalan umat menjadi
jelas, status muslim dan kafir ada dalam bayinnah dakwah, keberpihakan
antara sabilillah dan sabilisyaithan terbuka lantaran hikmah dakwah, dan
dengan dakwah pula terjadi furqonisasi umat. Luar biasa pengaruh gelombang dakwah mampu merubah tatanan dan sendi-sendi kehidupan secara total.
Ya dakwah agent of change.
Sobatku yang sholeh, mari bicara fakta sejarah sebagai renungan iman,
bahwa Sejarah banyak mencatat, di zaman Rasul Saw. betapa menggeliatnya
gelombang dakwah di fase mekkah, hingga ditakuti oleh pemimpin-pemimpin
Quraisy saat itu, dan fantastis dakwah dikala itu berkembang menjadi
sebuah “gerakan restorasi’ yang mampu merubah peradaban dan
keyakinan, gelombang ini terjadi lantaran semua golongan aktif dan
massive mengambil bagian di jalan dakwah tanpa kecuali, golongan tua ada
Abu Bakar ash-Shiddiq, golongan muda ada Ali bin Abi Thalib, Abdullah
bin Umar, Abdullah bin Abbas yang masih di bawah umur turut dalam
kontribusi dakwah, dikalangan aghniya (orang kaya) ada Abdurrahman bin
Auf bahkan dikalangan miskin ada Bilal, kalangan wanita, tentunya ada
Sayyidah Khodijah Ra, Asma’ binti Abu Bakar, Wow luar biasa…!,
fantastis, yeesss, terjadi “ledakan Partisifasi dakwah”, Begitulah
seharusnya kita berdakwah tanpa mengenal usia, jabatan, status, mungkin
juga gender. Mereka larut menyatu dalam amalan dakwah, bagi mereka
dakwah is number one for islam, dakwah is everything for Moslem” Ya itulah kepedulian umat. Sebagai Muslim, mereka faham akan kewajiban yang mesti dijalankan. Sense of empaty
akan melahirkan sikap tanggung jawab dan tanggung jawab akan melahirkan
sikap ‘memiliki’ dan sikap memiliki akan melahirkan pribadi yang selalu
“bekerja menjaga” apa yang dimiliki. Yuuk kita peduli dengan dakwah,
Islam miliki kita, dakwah tanggung jawab bersama, siaaap!
Sobat pembaca yang sholeh dan sholehah.
Sobatku berbicara dakwah tak mungkin lepas bicara dai, dakwah dan dai
ibarat kacang dengan kulit sulit dipisahkan. Mungkin kacang masih bisa
disebut kacang walau tanpa kulit. Tapi kulit kacang tak bisa disebut
kacang tanpa ada isinya. Dakwah masih bisa tetap ada walau oleh sebagian
kecil yang menjalankan, tapi aktivis tak ada izzah apalagi quwwah jika
hilang dari dunia dakwah. maka problem terbesar saat ini ialah ‘stagnisasi dakwah’
ya kamandegan mesin dakwah. Ketika aktivis dakwah terhenti maka akan
berdampak pada dinamika laju perjuangan, mereka adalah mesin dan
generator yang menggerakan mesin diesel Islam dan jihad untuk tetap
hidup dan simultan. Apalah artinya mobil termahal sekelas lambhorgini
tidak bisa berjalan lantaran mesin yang dimiliki tidak berfungsi bahkan
mati total. Sebuah kerugian besar bagi pemilik mobil tersebut.
begitupula apa artinya pabrik besar penghasil industri sekelas gajah
tunggal memproduksi ban bermerk namun mesin cetak dan produksi karet tak
mampu dioperasikan total, tentulah kerugian yang akan didapat. Sebuah
pertanyaan juga mengganjal dalam hati untuk para ksatria dakwah, ketika
gemuruh dakwah berjalan namun hasil tak didapat, pergerakan namun tak
membawa bekas apalagi hasil yang diharapkan, wow ibarat pemain bola
bergerak tanpa menggiring bola, apa mungkin bisa gol? Impossible, we can not be a winner! Kemajuan dakwah kata kuncinya ada di tangan aktivis.
MUHASABAH BAGI AKTIVITIS DAKWAH
Kenapa dakwah bisa gagal? Kenapa dakwah
terasa hampa di kalangan aktivis? Kenapa seruan risalah ini tidak
membekas di hati para mad’u? Fenomena ini bagian dari “ Musykilatud Dakwah”
yaitu problematika dakwah yang senantiasa ada dan akan terjadi
sepanjang zaman. Bila ini terjadi di kalangan para aktivis dan dunia
pergerakan, tentu kita akan bertanya, adakah dosa dakwah yang telah
dikerjakan dikalangan aktivis? adakah amalan pokok yang sudah
ditinggalkan dalam berdakwah? Butuh solusi dan jawaban yang tepat untuk
bisa mengangkat persoalan dakwah ini hingga menyentuh hati dan pikiran
para pengemban risalah. Sebuah ungkapan yang patut kita renungi dari
Ulama Sholeh, semoga menjadi jawaban indah sebagai solusi terhadap
problem dakwah saat ini.
عَبْدُ اللهِ بْنِ مُبَارَكٍ
: قِيْلَ لِـحَمْدُونَ بْنِ أَحْمَدَ: مَابَالَ كَلاَمِ السَّـلَفِ
أَنْفَعُ مِنْ كَلاَمِنَا قَالَ: لِأَنَّـهُمْ تَكَلَّمُوا لِعِزَّ
اْلإِسْلاَمِ وَ نَجَاةِ النـُّــفُوسِ وَرِضَا الرَّحْمَانِ, وَنَحْنُ
نَتَكَلَّمُ لِعِزَّ النُّفُوسِ وَطَلَبِ الدُّنْيَا وَرِضَا الْـخـَلْقِ
Abdullah bin Mubarak
berkata, Hamdun bin Ahmad Rh. Ditanya,” Mengapa perkataan (ucapan) ulama
dahulu lebih bermanfaat dan diterima daripada perkataan kita?” beliau
menjawab,” Karena mereka (para Ulama) berbicara untuk kemuliaan
Islam, keselamatan jiwa, dan mencari ridho Allah, sedangkan kita
berbicara untuk kemuliaan diri (popularitas), mencari harta dunia
kekayaan) dan mencari ridho manusia (ingin disenangi).” (I/122).
Ada tiga perkara yang membedakan antara
kita dengan umat terdahulu dalam hal dakwah dan beramal. Jika kita
berdakwah untuk popularitas, maka ulama berdakwah untuk kemuliaan islam,
jika kita berdakwah untuk mencari harta dunia mereka berdakwah karena
takut kepada Allah, jika kita berdakwah untuk disenangi manusia mereka
berdakwah untuk ridho Allah SWT. Barangkali inilah yang menyebabkan
gagal atau suksesnya jati diri seorang dai dalam dakwah yang
dilaksanakan. Mungkin kita bisa jadi da’i yang populer dan ternama tapi
belum tentu menjadi dai yang kharismatik, Ya kata kunci dari ungkapan
ulama diatas ialah NIAT membuat perubahan dalam hal amal dan
keyakinan, niat pula yang membuat perubahan arah dakwah yang dituju
kemana dan mau apa. Andakah Dai kharismatik? Andakah Rijalud daw’ah yang dinanti umat?,
Semoga tulisan ini mampu menjadi inspirasi untuk menjadi juru dakwah
yang agung dan kharismatik tentu untuk tujuan mulia, mari gemakan
motto “one heart, one step, one goal”, ya, hanya satu kata yaitu
DAKWAH , satu hati untuk dakwah, satu langkah untuk dakwah satu tujuan
dakwah. semoga Allah menjawab keinginan kita. Mari menyimak hikmah ayat
al-Qur’an sebagai penyejuk hati yang galau dalam berdakwah.
“dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia
ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.” (Qs. Al-Kahfi ayat 28)
Sobatku para juru dakwah yang sholeh, ku
hibur kalian dengan lantunan ayat yang indah sebagai obat penawar rindu
dan duka dalam berdakwah, ada hikmah dibalik ayat yang indah, lihatlah,
frase ayat pertama berbunyi : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya…”
kandungan ayat menjelaskan bahwa dakwah akan terus berjalan dan
bergerak selama aktivis memiliki kesabaran dan semangat yang terus
melekat bersama orang-orang yang sabar dalam berdakwah. Mustahil dakwah
akan sukses jika sifat sabar telah hilang dalam jiwa para aktivis,
mustahil dakwah akan maju jika spirit atau semangat para Rijalud Dakwah
telah padam. Intinya sob, Dakwah butuh kesabaran, dakwah juga butuh
semangat yang tinggi. Frase ayat ke dua berbunyi : ” Dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami…”, Kandungan ayat ini menerangkan bahwa stagnisasi dakwah
terjadi lantaran aktivis sudah mengalami dis-orientasi nilai-nilai
perjuangan dakwah bahkan lalai dalam mengingat problem islam yaitu
dakwah. Ya, kegagalan dakwah berawal dari ujian tentang keduniaan, saat
aktivis terhimpit problem ekonomi, keuangan dan biaya. Maka akan
mempengaruhi kejiwaan sang aktivis, efek dahsyat dari problem ini
mengendorkan ruhul dakwah. Kondisi ini juga diperparah jika pendukung
keluarga seperti istri ikut menjerumuskan sang Dai dalam persoalan
dunia, menggemboskan semangat dan kesabaran sang juru dakwah, faktor
penghambat kedua jika para juru-juru dakwah telah lalai hatinya dari
amalan yaumiyah sebagai pembangkit spirtualnya. Jika malas menggelayuti
pikiran Dai, berkeluh kesah dan santai menjadi kepribadian sang Dai,
maka kehancuran dakwah semakin terbuka lebar.
وَعَنِ اْلأَصْمَعِيَّ
قَالَ: قَالَ مُـحـَمَّدُ بْنِ عَلِيٌّ لِإِبْنِهِ : يَا بُنَيَ
إِيـــــــَّاكَ وَ اْلكَسْلَ وَالضَّجَرَ فَإِنَّــهُمَا مِفْتَاحُ كَلَّ
شَرَّ إِنَّكَ إِنْ كَسَلْتَ لـَمْ تُؤَدِّ حَقًا وَإِنْ ضَجَرْتَ لــَمْ
تَصْبِرْ عَلَى حَقِّ
Dari al-Ashma’i berkata, berkata
Muhammad bin Ali Rh. Ketika menasehati anaknya, “ Wahai anakku, jauhilah
rasa malas dan berkeluh kesah, karena keduanya kunci dari segala
kejelekan hidup. Sesungguhnya jika kamu malas, maka kamu tidak akan
mampu menjalankan hak (kewajibanmu), dan jika kamu berkeluh kesah, maka
kamu tidak akan sabar diatas kebenaran. “ (II/109)[1]
Wahai ikhwah fillah, wahai
pembawa Risalah, untukmu para pecinta Rasul, ketahuilah! Dakwah adalah
keyakinan, dakwah adalah ajaran yang mulia, dakwah adalah tuntutan
tauhid, dakwah adalah bagian perjuangan terberat dan terlama, berat
ringan, senang atau susah, sedih atau gembira suka atau terpaksa menjadi
bagian yang wajib dijalani dan dipahami, dakwah lah yang membedakan
mana pribadi yang tangguh dan lemah, dakwah pula yang menjadi indikator
menang atau kalahnya umat islam. Saudaraku yang berjiwa satria, di
tangan anda islam akan jaya, di lisan anda agama akan tersebar, di hati
anda tauhid akan tegak. Kalau bukan karena janji Allah mungkin tidak
akan ada cerita istiqomah the fighter of dakwah (pejuang dakwah)
sepanjang masa. tulisan ini kupersembahkan bagi mereka yang peduli
tentang urusan umat, jadikan tausyiah hamba ini sebagai api yang
membakar jiwamu dalam membangkitkan ruh dakwah. semoga tulisan ini mampu
memberi nilai inspirasi, motivasi dan akselerasi dakwah agar lebih
semarak di kalangan pecinta dakwah. Cukuplah sebuah ungkapan indah yang
disampaikan dari seorang Dai sejati, pejuang nan agung dalam sejarah
pergerakan dakwah yaitu Fathi Yakan, beliau mengatakan :
الَدَّعْوَةٌ تَسُرُّ بِدُوْنِنَا وَلَكِنْ نَحْنُ نَـمُوتُ بِدُوْنِ الدَّعْوَةِ
“Dakwah akan tetap berjalan walaupun tanpa kita, akan tetapi kita akan mati tanpa dakwah” (Syaikh Fathi Yakan)
Saudaraku yang dimuliakan, ketauhilah
Islam akan tetap ada walau tanpa kita, dakwah akan tetap berjalan walau
tanpa dai, namun umat dan kita semua akan hina tanpa islam, dan dai akan
mati tanpa berdakwah, dengan islam hidup lebih mulia, dengan berdakwah
hidup tambah berkah. Mari kita kembali ke jalan dakwah yang benar,
ambillah urusan ini menjadi bagian amal jihad di duniamu, jadilah
mukmin yang bermanfaat bagi umat dan agama, tanamkan terus semangat
dakwah yang kuat. Kita sambut fajar kejayaan islam dengan menjaga
semangat yang tak kenal lelah. Semoga islam berjaya di tangan anda yang
berdakwah. JAYALAH ISLAM!, BANGKITLAH UMAT! KEMENANGAN SUDAH MENDEKAT!
ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR….ALLAHU AKBAR.
Salam kemenangan islam, menyambut fajar madinah yang berkah. Untukmu wahai pecinta jalan dakwah, semoga Quwwah dan izzah ada ditangan kita.
Subhanakallahumma wa bihamdika Asyhadu anlaa ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaika.
Wasalam.
Komaruddin Awwam ibn Arsyad[2]