Kata jahiliyah adalah kata yang sering
didengar dalam ayat Qur’an, bahasa ini akrab digunakan dan dikenal untuk
zaman Arab Quraisy dahulu, namun kita lupa bahwa jahiliyah bisa saja
terjadi, kapan dan dimana saja, bukan saja dikalangan bangsa
quraisy,karena istilah jahiliyah adalah bukan sebutan suatu bangsa
tertentu yang terikat dengan waktu dan tempat, jahiliyah lebih tepat
disebut suatu kondisi atau keadaan perilaku suatu bangsa dan masyarakat.
Untuk mengetahui makna dan bagaimana jahiliyah itu bisa terjadi,
berikut saya sajikan risalah da’wah yang mengupas tentang fenomena
jahiliyah di abad modern yang dianbil dari beberapa referansi
kitab-kitab terpercaya. Semoga bermaanfaat, selamat menyimak.
Jahiliyah dalam pengertian bahasa bermakna bodoh
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”, ( Qur’an surat Al-ahzab ayat 72 ).
Sedangkan pengertian jahiliah secara istilah berrmakna tidak berilmu
atau lebih tepat disebut orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang
hukum Allah dan kebenaran hal ini sebagaimana teguran Allah kepada
Nabiyullah Nuh As ketika ia mendoakan anaknya yang bernama Kan’an saat
azab menjemput anaknya lantaran menolak ajakan Islam dan tunduk ayahya
kepada Allah termasuk istri dari Nabi Nuh yang bernama Wa’ilah, simaklah
ayat Qur’an surat Hud ayat 46.
Allah berfirman: “Hai Nuh,
Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan
diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik,
sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya
kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
Keterangan ayat diatas menunjukan bahwa
kebodohan tentang suatu hakikat bisa saja terjadi bukan kepada manusia
biasa tapi bisa terjadi kepada seorang nabi sekalipun. Ayat ini juga
teguran bagi nabi juga buat umat nabi muhammad, yang terlarang
melakukan perilaku dalam agama namun tidak memiliki landasan hukum
& keterangan yang dicontohkan, dengan kata lain beragama bukan
sesuai selera kita tapi harus mau mengikuti seleranya Allah.
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa
nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di
dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan
(al-Qur’an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. “(Qs.
Al-Mu’minun: 71)
Syaikh Muhammad Abdulah bin Abdul Wahab Rahimahullah mengatakan dalam kitab Fathul Majid
“
Jahiliyah ialah berpalingnya seseorang atau kaum dari ilmu yang
telah diturunkan dari Allah dan Rasul-Nya berupa al-Qur’an dan as-Sunnah
mereka berpegang teguh dengan budaya taqlid, adat tradisi setempat dan
petunjuk dari syaithon.“
Tegasnya…! Kejahiliyaan dapat terjadi
disuatu masyarakat dan bangsa manakala pola hidup dan perilakunya telah
membuang habis nilai-nilai ajaran Islam atau memakai setengah-setengah
ajaran Islam sesuai dengan keinginan selera dan kemauan masyarakatnya
yang dianggap cocok, jadi kejahiliyaan suatu kaum bukan lantaran tidak
memiliki status pendidikan formal, atau bukan ditentukan keterbelakangan
ilmu dan teknologi atau standar masyarakat yang lemah dalam
perekonomian. Jika masyarakat lebih mengagungkan kepintaran dan
pengetahuan dari apa yang mereka miliki semantara petunjuk Allah dan
Sunnah Nabi-nya dibabat habis dalam norma kehidupan mereka serta harus
tunduk dibawah kepandaian dan ilmu mereka, maka tidak syak lagi kondisi
masyarakat tersebut adalah masyarakat yang berstatus jahiliyah walaupun
mereka mengaku umat Nabi bahkan berlabel KTP Islam,mari kita simak
sebuah contoh ayat dalam kitab yang mulia,
“Maka tatkala datang kepada mereka
Rasul-Rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa
ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada
pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka
perolok-olokkan itu.” (Qs. Al-Mu’min: 83)
Jadi siapapun mereka baik dari golongan
manapun, intelektual-kah, tokoh agama, politkus, pendidik, penguasa atau
pemimpin, para penyeru agama meskipun mereka tinggal di negeri beragama
Islam dan mayoritas Muslim, namun perilaku dan keyakinan yang
dipakainya malah meyingkirkan hukum Allah yaitu syariat Islam secara
luas, baik membenci, tidak mau memakai lantaran menganggap hidup dalam
umat yang majemuk, atau memarginalkan hukum Allah lantaran tidak cocok
dengan HAM versi yahudi, atau takut jika memakai Islam dianggap
masyarakat barbar yang haus hukum dan darah hingga sama sekali hidup
dimasyarakatnya menghilangkan hukum Islam, bangsa itu tidak perlu
diragukan lagi disebut bangsa jahiliyah dan masyarakatnya dianggap kaum
jahiliah, meskipun mereka tinggal di alam digital dan zaman modern.
Al-Qur’an menyebut kata-kata jahiliah ada di 4 surat :
- Kata “ Jahiliyah “ terdapat dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 33
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.”
Jahiliyah menurut al-Qur’an diatas
mensifati perilaku kaum hawa yang berlebihan dalam penampilan dan
pakaian, suatu bangsa dianggap jahiliyah jika kaum wanitanya menunjukan
perilaku israf (berlebihan) dalam berpakaian yaitu menampakan aurat yang
wajibnya ditutup sesuai syar’i malah justru dibuka dan di tampakkan
secara terang-terangan kepada khalayak ramai, seperti berbusana minim
ala bikini dan pantai dengan model bupati (buka paha tinggi-tinggi), sekwilda (sekitar wilayah dada) , dajjal (dada jeung bujal (baca: puser) diobral),
seperti yang ditampakkan oleh para utusan syaithan model wanita masa
kini dengan istilah sebutan jahilnya miss universe, ratu kecantikan
dunia, atau istilah-istilah jahil lain yang jelas-jelas mengumbar aurat
dan kemolekkan tubuh sang wanita, padahal jelas bahwa pakaian taqwa yang
sesuai fitrah kaum hawa ialah pakaian jilbab, pakaian pesanan ahlu
syurga yang dirancang disainer ternama dan terkenal yang Maha Agung dan
Mulia yaitu Allah Subhanahu wa ta’alaa dan para model yang memakainya
pun wanita-wanita pilihan ahlu syurga yang bernama wanita sholehah,
tidak ada jenis wanita yang paling disukai oleh penduduk langit dan bumi
kecuali “Wanita sholehah“, namun sayang pakaian terindah dan paling
taqwa ini tidak banyak digemari para wanita lantaran tidak gaul dan
ketinggalan zaman, pakaian penghalang jodoh dan karir, pakaian ala
teroris yang banyak dibenci. Para wanita masa kini lebih senang dan
enjoy memilih pakaian buatan ahlu neraka, disainer terlaknat iblis
laknatulloh alaihi. Para kaum hawa masa kini lebih senang berbusana
minim yang aduhai seperti para artis dan selebritis, yang menjadi
peluang terbukanya nafsu birahi syaithon, anehnya kaum wanitanya malah
asyik dan bangga jika ditonoton para lelaki jahil, justru para pengumbar
syahwat dari kaum wanita tersebut berasal dari kalangan yang mengaku
ber-KTP Muslim bahkan pernah menunaikan ibadah haji dan umrah ke tanah
suci, seperti yang dicontohkan para artis yang ramai-ramai latah
menunaikan haji dan umrah, disisi lain mereka ingat Allah dan
melaksanakan perintah-Nya, disisi lain pun mereka juga senang
mengamalkan amalan syaithon. Cara beragama ala munafiqin yang mereka
kerjakan, mau disebut Muslim ga mau disebut kafir tapi melaksanakan
amalan orang kafir, Naudzu billah min dzalik. Inilah segila-gila zaman,seburuk-buruk umat.
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka
telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan
al-Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam
neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung
dan tidak pula pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia
menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu
daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam
neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih
dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.” (Qs. Al-An’am :
70)
Bagaimana Allah memerintahkan kita agar berpakaian Islam, mari kita simak ayat dibawah ini :
“Hai anak Adam, sesungguhnya kami
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian
indah untuk perhiasan. Dan Pakaian takwa itulah yang paling baik, yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Qs. Al-A’raf : 76)
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali
kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-A’raf :
27)
Simaklah pesan moral Allah yang agung dan mulia ini, camkanlah wahai para wanita
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. An-Nur
: 31)
“Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Qs. Al-Ahzab : 59)
- Kata “ Jahiliyah “ terdapat dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 50
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah
bagi orang-orang yang yakin ?”
Allah mensifati kejahiliyaan suatu kaum
apabila menghendaki dipimpin dan diatur dengan hukum selain hukum Islam
yaitu yang disebut hukum jahiliyah dengan nama yang disesuaikan bangsa
dan adat kebudayaan mereka, Allah hanya mengakui dan membenarkan bahwa
hukum yang berhak mengatur kemaslahatan (kepentingan) umum bagi manusia
ialah Islam baik menyangkut, jiwa, harta, agama, keturunan serta halal
dan haram karena Allah lebih faham dan mengerti fitrah manusia, maka
Allah tidak mengizinkan manusia mengambil hak Allah dalam menetapkan
hukum yang bukan wewenang dan pemahamannya dalam batas yang telah
ditetapkan.
“… menetapkan hukum itu hanyalah hak
Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi Keputusan yang
paling baik”. (Qs : Al-An’aam ayat 57)
“… Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya (wakil) dalam menetapkan HUKUM“. ( Qs : Al-kahfi ayat 26 )
Bangsa yang bermartabat dan maju ialah bangsa yang memiliki
nilai-nilai ketauhidan yang lurus serta memiliki perilaku mulia
terhadap sesama dan menghormati hak-hak sesama manusia, berperilaku
berstandarkan al-Qur’an dan bergaul berasaskan Sunnah. Sebaik-baik
petunjuk adalah al-Qur’an, sebenar-benar contoh ialah contoh ajaran Nabi
Muhammad, manakah yang lebih baik aturan manusia jahil atau aturan
buatan Sang Khaliqul Alam? Allah menantang dengan bertanya kepada
seluruh manusia dalam urusan perundang-undangan. Hanya Mukmin yang yakin
saja yang bersedia dipimpin dan diatur hukum Islam, jika bangsa mau
berkiblat kepada al-Qur’an dan berperilaku dengan Sunnah Nabi, maka
Allah menjanjikan martabat dan kemuliaan bagi negeri tersebut, serta
menjamin ladang rizki dengan kemakmuran dan kesejahteraan, tengoklah
sejarah negeri-negeri Islam yang dipimpin manusia-manusia sholeh,
pemimpin dan rakyatnya laksana dua jari tangan yang saling menghormati,
membantu, melindungi dan saling mencintai, mereka hidup mulia dengan
Islam, sejahtera dalam ridho Allah, bahagia dalam kasih sayang-Nya,
negerinya subur dan berkah atas ijin Allah, tidak ada sejarah tercatat
bahwa negeri-negeri Islam dari zaman sahabat sampai para tabi’ut
tabi’in hidup dalam kemelaratan, kekacauan, kehinaan, kekeringan.
Tapi kita lihat sekarang, tengoklah negeri kita sendiri Indonesia
yang kaya, makmur dan subur tapi hidupnya dibayang-bayangi kehancuran,
kerusakan alam, dan ekosistem, ditambah kerusakan perilaku manusianya
yang rakus dan hubud dunia (cinta dunia), pemimpinnya yang korup, ulama
dan ustad yang suka menjilat. Para wakil rakyat yang hanya menikmati
fasilitas dan memboroskan uang rakyat, para pedagangnya yang curang,
politikusnya yang pendusta, hakim dan aparatnya yang suka menindas serta
menjual hukum, intelektualnya yang sombong, rakyatnya yang bodoh dan
tak beraqidah tauhid hingga bisa dipermainkan dan digiring sesuka
pemimpin dan politikus kemana mereka mau, lengkaplah kehancuran dan
kebinasaan bangsa ini, hancur dan binasa dalam kebodohan yang mengakar,
inilah akibat berani meninggalkan hukum Allah dan membanggakan hukum
buatan mereka yang hina. Jika anda seorang Mukmin beranilah mengambil
sikap untuk memilih dan mendukung hukum Allah, jika anda memihak hukum
selain Islam, ketauhilah maka anda seorang kufur!
Meninggalkan hukum Islam adalah perkara yang dibenci Allah
sebagaimana meninggalkan perkara shalat bagi seorang Muslim, Islam tidak
bisa dipisahkan antara ibadah yang bersifat seremonial dengan ibadah
yang menyangkut ketaatan dalam hukum Allah, karena semua itu sama
statusnya dihadapan Allah sebagai bentuk peribadatan atau ketundukan
seorang Muslim.
- Kata” jahiliyah “ terdapat dalam al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 154
“Kemudian setelah kamu berdukacita,
Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi
segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh
diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah
seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang
sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah:
“Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka
menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan
kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada
dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati.” (Qs. Ali Imran : 154)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah
mensifati kejahiliyaan suatu kaum dengan perilaku buruk sangka alias
kurang keyakinannya terhadap qadha Allah dalam urusan kehidupan,
menyangkut takdir rizki, maut, jodoh. Salah satu bukti buruknya
keyakinan manusia sekarang terhadap takdir ialah, dengan sering
mendatangi para ahli syaithon yang bernama paranormal yang mengaku-ngaku
mampu mengetahui perkara yang ditanyakan manusia kepadanya, lihatlah
bukti nyata kasus-kasus kebodohan manusia yang telah banyak ditipu kaum
pendusta dukun modern yang berbaju ala ustad, kyai atau habib yang mampu
bisa mengkayakan manusia dengan melipat gandakan uang namun bukan uang
yang didapat, malah justru kekayaan yang berujung maut, belum lagi
terhadap orang yang meyakini bahwa kematian dan bencana bisa ditolak
dengan perilaku bodoh seperti menggantungkan benda penolak bala berupa
tulisan-tulisan Arab yang tidak dimengerti dan aneh. Manusia yang kurang
akal dan mengerti agama akan selalu melakukan tindakan bodoh diluar
kewajaran dan kebenaran agama. Semoga kita diselamatkan terhadap perkara
yang jahiliyah tersebut.
(Ust. Qomaruddin Awwam, M.A)