Saudaraku yang kucinta, ketahuilah dalam cinta ada samudera keagungan
berupa kemukjizatan hidup manusia yang terpendam, inilah buktinya :
CINTA ADALAH RUHUL HAYAT
Kehidupan yang seimbang akan berjalan searah jiwa yang di titah,
menghasilkan energi yang positif dari cinta yang aktif. Tengoklah energi
kehidupan di angkasa: bintang, bulan, matahari dan seluruh galaxy
berputar tak mengalami benturan apalagi tabrakan dahsyat, itu karena
mereka saling kenal dan cinta, hingga berjalan sesuai fitrah yang indah.
Jika makhluk lain hidup seindah itu, sudah tentu manusia mukmin lebih
mempesona dari itu. Sungguh indah yang diucapkan baginda mulia Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam : “Jiwa-jiwa manusia
bagaikan batalyon prajurit yang dikerahkan, bila mereka saling kenal,
maka akan terikat kuat, bila tak kenal maka akal saling bertikai.”
Saling mengenal umat akan kuat, jika saling terasing umat akan saling
mencurigai. Begitulah “cinta mampu mengikat, merekat dan memikat satu
sama lain dengan kuat, menghasilkan energi yang maha berlipat. “Jika
cinta dan kasih sayang merasuk ke dalam jiwa, mempengaruhi relung
kehidupan setiap jagad kehidupan manusia, demi Allah niscaya manusia
tidak butuh keadilan dan undang-undang”. (Yusuf al-Qaradhawi, Iman dan kehidupan, Hal.126)
Begitulah cinta mampu mengikat persaudaraan, dalam cinta ada
kebersamaan yang indah sesama manusia. Ada Abu Bakar hartawan bangsawan
dari Quraisy, Salman al Farisi petualang dari Persia, Shuhaib muallaf
dari Romawi dan tentu saja ada budak Bilal bin Rabah dari Habasyah,
mereka menyatu dalam dekapan cinta. Seirama dalam iman, semakna dalam
Islam. Jika cinta berbicara, kebenaran jadi sandaran maka status: harta,
suku, warna kulit dan kabilah lenyap dalam kesyahduan persaudaraan.
Indah ya, andaikata cinta dalam kebenaran telah difahami dengan benar
niscaya ruhul hayat antar ikhwah berjalan semanis para shahabat, andaikata cinta dalam tauhid sekokoh bukit, niscaya ruhul hayat dalam jamaah sekuat pasukan Badar. Cinta menghasilkan ruhul hayat yang maha dahsyat. Menghadirkan cinta di hati berarti menghidupkan jasad antar sesama.
CINTA ADALAH MEMBERI
Tidak dikatakan cinta jika tak memberi, kekuatan cinta mampu melahirkan jiwa sense of crisis, sense of giving. Dari cinta yang benar terlahir perilaku empati kepada sesama dengan memberi dan berbagi. Mari seksamai ayat berikut ini :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Qs.
Ali-Imran ayat 92).
Sesungguhnya kebaktian yang tertinggi dalam konteks
sosial ialah saling peduli dengan berbagi dan memberi,
sesempurna-sempurna pemberian yaitu apa yang kita cinta untuk sesuatu
yang kita cintai. Maksudnya? Jika kau cinta kepada Allah tentulah akan
memberikan amal yang terbaik dalam hidupmu dan kebaktian yang tulus
tanpa dibalut noda syirik, jika cinta Rasul telah terucap, niscaya kau
akan menjaga sunnah-sunnahnya dengan istiqomah tanpa tercampur dengan
bid’ah, mencintai Allah dan Rasul artinya punya rasa memberikan
pengorbanan untuk Islam dengan pengorbanan yang terbaik, sebagaimana
Ibrahim memberikan Ismail kepada sang Khaliq yang dicintainya.
Ketika cinta terhadap kebenaran bersemi di hati, yang kaya akan menopang
yang papa, si ‘alim membimbing yang awwam, yang kuat tentu melindungi
yang lemah, itulah sense of giving dalam cinta. Cinta melahirkan manusia super hero,
dari cinta Rasullah, Abu Bakar rela membawa ½ hartanya untuk perjuangan
Islam di perang Badar. Dari cinta Rasul, Abdurrahman bin ‘Auf
menyumbangkan 4000 dinar hartanya untuk mobilisasi perang Tabuk 10000
ekor unta untuk kavaleri jihad, atas dasar cinta Rasul, Utsman tulus
membeli sumur Yahudi untuk kemaslahatan kaum muslimin Madinah. Di atas
cinta Rasul, Ali rela menggantikan tidur maut saat Rasul hendak Hijrah.
Yang dahsyat, atas cinta tauhid, Bilal bin Rabah begitu menikmati
siksaan oleh majikannya di bawah tekanan batu cadas dengan sinar mentari
yang membakar.
Wow… wow cinta itu indah, cinta itu mempesona, cinta itu dahsyat. Manakala bersemayam di hati untuk sebuah kebenaran.
Inilah ayat-ayat cinta kebenaran.
“...Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah….” (Qs. Aal-Baqarah ayat 165). Tak akan terhalang oleh godaan dunia dan harta saat cinta iman menyatu dalam jiwa yang tulus. Tak
akan tergoyahkan oleh bisikan syahwat dan nafsu saat cinta terhujam
dalam samudera jiwa yang paling dalam. Semua jadi kecil saat takbir
berkumandang, semua terasa hina saat tasbih dilantunkan, dunia menjadi
rendah ketika akhirat menjadi harapan, bahkan benturan tak berarti
apa-apa saat kecintaan kepada tauhid menjadi pijakan. Super sekali, fantastis!
CINTA ADALAH PERUBAHAN (TRANSPORMASI)
Cinta adalah sumbu energi dahsyat menuju sukses, cinta mampu merubah
segala-galanya, saat cinta menyatu dalam kebenaran, hati terpatri
dengan keyakinan, maka seketika rintangan menjadi penggugah semangat,
hambatan menjadi jembatan kesuksesan, celaan menjadi pemicu semangat.
Saudaraku, Maulid Nabi yang mengajarkan cinta kepada Rasul seyogyanya
membentuk insan-insan tangguh dengan perubahan diri mengikuti sang
Rasul. Perubahan sangat diperlukan demi perbaikan yang berkesinambungan.
Berawal dari cinta Rasul diharapkan ada perubahan dalam umat. Sejarah
bercerita adalah Mushab bin Umair seorang pemuda parlente tak pernah lepas dari gaya hidup yang elegan, tubuhnya selalu bermandikan minyak wangi nan
mahal, gamisnya selalu yang termahal, penampilan pemuda satu ini ibarat
selebritis yang menjadi sorotan mata penduduk Mekkah, semua orang
dibuat iri dengan gaya dan penampilannya. Namun saat cinta menyentuh
jiwanya, saat Islam terpatri dalam hatinya, saat Rasul diteladani dalam
kehidupannya, semua atribut kejahiliyahan ditanggalkan demi meraih ridho
Allah dan lebih memilih kesederhanaan namun tetap kaya iman dalam hati.
Inilah perubahan positif dari manusia yang merasakan cinta hakiki dalam
Islam. Ayo! kita berubah demi warna Islam yang lebih baik, jadikan
cinta Rasul dalam momen Maulid sebagai tonggak perubahan yang lebih
berarti. Tak ada perubahan jika tak ada peningkatan. Tidak
disebut peningkatan tanpa ada kebaikan dan perbaikan, tentunya perbaikan
menuju kepada kesempurnaan. Itulah buah cinta Rasul yang benar.
Ikhwah fillah rahimakumullah, sekali lagi momentum Rabiul Awal dengan semarak keagamaan wajib dijadikan start
awal sebuah gerakan cinta Rasul yang hakiki. Ledakan keimanan yang
positif insya Allah akan menghasilkan dentuman dahsyat yang berpengaruh
kuat terhadap perubahan Islam. Partisipasi amal dari momentum Maulid
juga diharapkan menjadi kontribusi berharga antar umat terhadap
perjuangan Islam yang bergerak secara perlahan tapi pasti menuju
partisipasi Islam yang sejati. Disinilah umat wajib mengambil hikmah
demi meraih berkah terhadap harakah Islamiyah, benang merah yang kita ambil dalam kontekstual perjuangan saat ini, Maulid dalam konteks dakwah bisa difahami sebagai washilah meretas jalan dakwah dalam membuka peluang syiar Islam secara profesional dan terbuka.
Maulid dalam konteks siyasah
dapat difahami sebagai media pendidikan Islam gratis terhadap umat dan
promosi ampuh terhadap pesan-pesan dakwah agar tersampaikan di tengah
umat yang seluas-luasnya. Bahkan Maulid dalam konteks siyasah sebagai diplomasi dan ekspansi keagamaan untuk sebuah kepentingan politik dakwah jangka panjang. Tak ada kata bid’ah dalam konteks dakwah, tak ada kata batil apalagi haram dalam konteks siyasah, inilah bahasa qaidah ushul “Al-hukmu yadurru’ maa ilatihi – penetapan dasar hukum berputar bersama alasan atau penyebab yang ditimbulkan” yang kedua “al-umuru bi maqashidiha – setiap urusan tergantung maksud yang dikerjakan mau apa dan kemana.” Jika Maulid dalam konteks dakwah dan siyasah mengandung nilai mashailul mursalah- kepentingan umat dan Islam
wajib berjalan dan terus bergerak, klaim kata bid’ah hanya berlaku
dalam konteks fiqih ibadah semata.
Bagi aktivis dakwah semua yang
membawa kepentingan dakwah memberi jalan perjuangan Islam wajib
dimaksimalkan sebaik mungkin dengan tetap menjaga nilai-nilai etika
syari’at dan nawaitu yang tulus. Merajut cinta meraih ukhuwah
untuk jama’ah yang berdaulah. Hanya cinta yang benar membawa umat ini ke
jalan kemenangan, hanya cinta yang hakiki menjadikan umat dapat meraih
kekuatan yang maha dahsyat. Untuk itu saudaraku, ketahilah: dengan cinta
Rasul terjadilah keserasian, kesatuan dan persahabatan umat, dengan
cinta Islam tersebarlah kedamaian, kasih sayang, dan keharmonisasian
hidup. Islam membawa hidup jadi bermakna.
Wahai sahabatku yang sholeh, apakah anda punya rasa cinta dengan
jama’ah ini? Adakah rasa cintamu terhadap pimpinanmu masih tetanam kuat?
Atau secuil cinta masih tersimpan rapat di hati anda terhadap dakwah
dan perjuangan ini? Kami ingin bertanya dengan jujur, adakah tersimpan
di hati umat saling mencintai terhadap sesama mukmin? Semua tentu Anda
yang pas menjawabnya. Tapi ingatlah dengan cinta prajurit mampu
melangkah riang di bawah sang komandan, dengan cinta umat tersenyum
menyambut titah sang pemimpin, dengan cinta rakyat menjadi patuh, akibat
cinta sucilah perjalanan dakwah dan jama’ah ini. Rumah yang tidak di
bangun atas dasar cinta pasti akan rusak, begitupula jama’ah tanpa cinta
akan binasa, pasukan tanpa cinta akan terkalahkan, aktivis tanpa
berbekal cinta rusaklah misi dakwah yang suci. Maka ketahuilah cinta
yang paling besar daan teragung ketika cinta membawa nama din, Allah dan Rasul-Nya. Dan ketahuilah kata-kata cinta yang paling indah saat firman Allah berbunyi:
“….
yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya…” (Qs. al-Maidah ayat 54)
Inilah romantisme terindah sebuah percintaan antara
Khaliq
dengan makhluk-Nya. Ketika saling mencintai membuncah maka keagungan
akan nampak dalam kehidupan. Inilah yang kita butuhkan dalam umat. Mari
cintai Allah, cintai Rasul dan cintai jalan dakwah dan jihad ini. Jangan
mencari cinta selain dari-Nya.
Syair Cinta Pejuang Islam
Cinta bukanlah penggalan lantunan hampa tanpa makna
Dari untaian penyair yang mengekspresikan ratapan dan tangisan belaka
Cinta bukan letupan asmara yang menghujani hati kita sesaat
Di lembar-lembar sajak dari penulis pongah dan sombong
Cinta bukan rangkaian huruf yang ditulis saat hati kasmaran
Yang meriwayatkan berbagai macam kenangan
Cinta bukanlah sebuah syair yang membuat tersenyum juga menangis
Tidak! Tidak! sekali lagi tidak itu cinta hakiki
Cinta itu tidak lain darah yang tertumpah di jalan Allah
Cinta tidak lain peluh yang basah dijalan dakwah
Cinta tidak lain mata yang mengucur bersama Rabbi di malam yang syahdu
Cinta itu tidak lain harta yang tercurah dalam bakti yang mulia
Cinta saat ukhuwah tercipta dalam jamaah, cinta indah ada dalam iman yang terpatri di jiwa
Saudaraku yang dirahmati, dipenghujung kalam, penulis mengetuk hati,
mari jadikan Jelang Ramadhan momentum sebagai start indah menata iman,
memperbaiki amal, menguatkan dakwah dan menjaga ukhuwah agar lebih baik.
Perbaiki cinta kita kepada Allah, luruskan makna cinta kita kepada
Rasul dan Ulil Amri, niscaya Allah akan memperbaiki kedaaan kita. Raih
cinta sejati bersama islam. Genggam keimanan dengan mapan, laksanakan
amal dengan ketundukan, demi kemenangan yang dijanjikan. Tanpa cinta,
islam mustahil meraih kemenangan.
Allahu musta’an, Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashiir, Laa Haula Waa Laa Quwwata illa Billahi
فَإِنَّ
الْعَبْدَ إِذَا عَمِلَ بِطَاعَةِ اللهِ أَحَبَّهُ اللهُ, فَإِذَا
أَحَبَّهُ اللهُ حَبَّبَهُ إِلَى خَلْقِهِ,وَإِذَا عَمِلَ بِـمَعْصِيَّةِ
اللهِ أَبْغَضَهُ اللهُ , فَإِذَا أَبْغَضَهُ اللهُ بَـغَّضَهُ إِلَى
خَلْقِهِ
“ sesungguhnya, jika
seorang hamba melakukan amalan ketaatan kepada Allah, niscaya Allah akan
mencintainya, jika Allah telah mencintainya, Dia akan membuat
makhluk-Nya mencintainya juga, sebaliknya jika dia melakukan
kemaksiatan, Allah akan membencinya, jika Allah sudah membencinya, Dia
akan menjadikan makhluk-Nya membencinya juga.” ( Abu Darda Ra)
Untukmu wahai pencari cinta sejati.
Salam cinta untuk umat yang saling mencintai
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.