Alhamdulillah, pujian dan kemuliaan mutlak milik Allah ‘Azza wa Jalla.
Kepada-Nya kita menyembah dan memohon pertolongan. Tiada daya dan upaya
kecuali milik Allah ‘Azza wa Jalla. Senantiasa kita raih kemuliaan
shalawat dengan senantiasa bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Serta iringan shalawat untuk para sahabatnya dan kepada ummatnya yang istiqomah di jalan yang haq dan tauhid.
Ikhwah fillah rahimani wa iyyakum jami’an,
Ketika kabut hitam menutupi keindahan
langit yang cerah. Seuntai cahaya menjadi rahasia indah yang harus di
raih untuk bisa keluar dari kegelapan yang menyandra kita. Perjalanan
pendek akan terasa berat tanpa kilauan cahaya di hadapan kita, terlebih
perjalanan panjang akan terasa tanpa tujuan yang jelas kemana arah kita.
Filosofi dunia dan alam ini menjadi mau’idzah (pelajaran penting) bagi umat yang berfikir.
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (Qs. Ali-Imron (3): 190)
Berfikir tentang kejadian alam dan
mengambil hikmah dari perjalanan yang kita tempuh adalah cara cerdas
yang di ambil oleh umat terbaik, atau apalah sebutan orang tersebut!
Terkadang di sebut Ulul Albab (kaum yang berfikir). Umat terbaik (Ummatan Khair) dan segudang sebutan dari Allah yang Maha Rahman kepada mereka hamba yang cerdas. Sebagaimana ungkapan seorang penyair:
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas,
mereka menolak dunia dan takut akan fitnahnya.
Mereka melihat apa yang ada di dalamnya,
ketika mereka tahu,bahwa tidak ada tempat bagi orang yang hidup di dalamnya.
Mereka menjadikannya sebagai gelombang,
dan menjadikan amal sebagai kapal.
Kegelapan alam dikarenakan awan hitam
yang menutupi cahaya di ibaratkan dengan kondisi dunia saat ini.
Kemaksiatan dan kekafiran kerap kita temui sepanjang hari-hari dalam
perjalanan kita, bahkan sangat disayangkan, perbuatan tersebut sudah
sangat lumrah serta terbiasa menjadi budaya kehidupan mereka. Akan
tetapi, masih ada cahaya indah yang terlihat oleh manusia yang sadar dan
berfikir, bahwa cahaya ini adalah cahaya iman. Mereka akan mengejarnya
tanpa kelelahan yang menyelimuti dan meraihnya tanpa keletihan yang
menghinggapi mereka. Cahaya ilmu dan hidayah, ya! Cahaya ilmu dan
hidayah itulah yang harus kita tampakkan di tengah kegelapan alam
semesta yang sudah menyelimuti alam dan manusia. Karena kegelapan ini
tidak akan pernah berakhir tanpa adanya sekelebat cahaya yang bisa
dilihat oleh manusia. Dan cahaya itu bisa di tampakkan dengan kekuatan
dakwah serta keyakinan akan kebenaran cahaya tersebut.
Ikhwah fillah hafidzahullah…
Mengajak manusia menuju agama Allah
merupakan salah satu ibadah yang agung, manfaatnya akan dirasakan oleh
orang lain. Cahaya indah akan bisa diraih oleh manusia hanya dengan
dakwah. Bahkan dakwah menuju agama Allah merupakan perkataan yang paling
baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru menuju Allah, mengerjakan amal
yang shalih dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri’”. (Qs. Fushshilat (41):33)
Dan kita lihat, bahwa dakwah merupakan
jalannya para Nabi dalam mengemban amanah cahaya hidayah ini.Maka,
cukuplah sebagai kemuliaan bahwa para da’i mengemban tugas para Nabi dan
mewariskannya. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan Rasul-Nya untuk
mengatakan, dakwah merupakan jalan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan firmanNya,
“Katakanlah: “Inilah jalanku
(agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata (ilmu dan keyakinan). Maha suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Qs. Yusuf (12):108)
Jika para Nabi saja berdakwah. Maka, kita sebagai umatnya haruslah mengikuti jejak Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena dakwah merupakan ibadah, maka harus dilakukan dengan keikhlasan dan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, kita pun tidak di benarkan melupakan diri kita sendiri.
Ibnus Samak rahimahullah
berkata, “Wahai saudaraku,betapa banyak orang yang menyuruh orang lain
untuk ingat kepada Allah sementara dia sendiri melupakan Allah. Betapa
banyak orang yang menyuruh orang lain takut kepada Allah akan tetapi dia
sendiri lancang kepada Allah. Betapa banyak orang yang mengajak ke
jalan Allah sementara dia sendiri justru meninggalkan Allah. Dan betapa
banyak orang yang membaca Kitab Allah sementara dirinya tidak terikat
sama sekali dengan ayat-ayat Allah”. (Ta’thirul Anfas, hal. 570)
Setelah kita mengetahui keutamaan dakwah
menuju agama Allah, kemudian apakah hukum dakwah ini dan siapakah yang
bertanggung jawab terhadapnya? Sesungguhnya para ulama sepakat bahwa
dakwah menuju agama Allah hukumnya wajib. Hal ini berdasarkan perintah
Allah untuk berdakwah sebagaimana terdapat dibeberapa tempat di dalam
al-Qur`an,
“Dan hendaklah ada dari kamu satu
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Ali- Imran (3):104)
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan carayang lebih baik”. (Qs. An Nahl (16):125)
“Dan janganlah sekali-kali mereka
dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah
ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka ke (jalan)
Rabb-mu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Rabb”. (Qs. Al-Qashshash (28):87)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Qs. Ali-Imran (3):110)
Ayat-ayat di atas secara tegas
memerintahkan berdakwah, oleh karenanya para ulama sepakat tentang
kewajiban dakwah ini.Dan mengecam bagi mereka yang enggan berdawah. Imam
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya, berkata: “Allah
Ta’ala berfirman,hendaklah ada dari kamu satu umat yang bangkit untuk
melaksanakan perintah Allah di dalam dakwah (mengajak) menuju
kebaikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
mereka adalah orang-orang yang beruntung”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa di antara kamu melihat
kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika dia tidak mampu, maka
dengan lidahnya, jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemah iman”. (HR. Muslim dari Abu Sa’id al-Khudry radhiyallahu ‘anhu)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi (Allah) Yang jiwaku di tangan-Nya,
sungguh benar-benar kamu memerintahkan yang ma’ruf dan sungguh
benar-benar kamu melarang yang mungkar, atau sungguh benar-benar Allah
hampir akan mengirimkan siksaan kepada kamu dari sisi-Nya, kemudian kamu
sungguh-sungguh akan berdoa kepada-Nya, namun Dia tidak mengabulkan
bagi kamu”. (Juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits
Amr bin Abi Amr dengan hadits ini)
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah
berkata: “Di saat sedikitnya da’i, di saat banyaknya
kemungkaran-kemungkaran, di saat dominannya kebodohan, seperti keadaan
kita hari ini, dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai
dengan kemampuannya”.
Kenapa kita harus berdakwah? Karena ciri
umat yang terbaik adalah dengan berdakwah. Di bawah ini, saya paparkan
beberapa kewajiban kita terhadap dakwah menurut al-Quran dan Hadits,
1. Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan pengikutnya
Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah:
‘Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata (ilmu dan
keyakinan)…’” (Qs. Yusuf (12): 108)
Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga, yaitu: Dakwah ila Allah
(mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah) merupakan jalan orang yang
mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab “Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah” (Ibthal At-Tandid, hal. 44)
2. Dakwah merupakan karakter orang-orang yang muflih (beruntung)
Allah ta’ala berfirman, “Hendaknya
ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar.Mereka itulah
sebenarnya orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-’Imran (3): 104)
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far Al-Baqir setelah membaca ayat, “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih)
3. Dakwah merupakan ciri umat yang terbaik (Ummatan Khair)
Allah ta’ala berfirman, “Kalian
adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, kalian
perintahkan yang ma’ruf dan kalian larang yang mungkar, dan kalian pun
beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-’Imran (3): 110)
4. Dakwah merupakan sikap hidup orang yang beriman
Allah ta’ala berfirman, “Orang-orang
yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah (9): 71)
Inilah sikap hidup orang yang beriman,
bersebrangan dengan sikap hidup orang-orang munafiq yang justru
memerintahkan yang mungkar dan melarang dari yang ma’ruf. Allah ta’ala
menceritakan hal ini dalam firman-Nya, “Orang-orang munafiq lelaki
dan perempuan, sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf…” (Qs. At-Taubah (9): 67). Subhanallah!
5. Meninggalkan dakwah akan membawa petaka
Allah ta’ala berfirman tentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il, “Telah
dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan
Dawud dan Isa putra Maryam.Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan
perbuatan mereka yang selalu melampaui batas.Mereka tidak melarang
kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk
perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-Ma’idah (5): 78-79)
6. Orang yang berdakwah adalah yang akan mendapatkan pertolongan Allah
Allah berfirman, “Dan sungguh Allah
benar-benar akan menolong orang yang membela (agama)-Nya.Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.Mereka itu adalah orang-orang yang
apabila kami berikan keteguhan di atas muka bumi ini, mereka mendirikan
shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari
yang mungkar.Dan milik Allah lah akhir dari segala urusan.” (Qs. Al-Hajj (22): 40-41)
Ayat yang mulia ini juga menunjukkan
bahwa barangsiapa yang mengaku membela agama Allah namun tidak memiliki
ciri-ciri seperti yang disebutkan (mendirikan shalat, menunaikan zakat,
memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, berdakwah) maka dia
adalah pendusta.
7. Dakwah, bakti anak kepada sang orang tua yang belum beriman
Allah ta’ala mengisahkan nasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu Luqman kepada anaknya.Luqman mengatakan, “Hai
anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah dari
yang mungkar, dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu.Sesungguhnya
hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman (31): 17)
Allah juga menceritakan dakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya. Allah berfirman, “Ceritakanlah
(hai Muhammad) kisah Ibrahim yang terdapat di dalam Al-Kitab
(Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah seorang yang jujur lagi seorang
Nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya; Wahai ayahku, mengapa
engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak
bisa mencukupi dirimu sama sekali? Wahai ayahku, sesungguhnya telah
datang kepadaku sebahagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka
ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai
ayahku, janganlah menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu selalu
durhaka kepada Dzat Yang Maha Penyayang.” (Qs. Maryam (19): 41-44)
8. Dakwah, alasan bagi hamba di hadapan Rabbnya
Allah berfirman, “Dan ingatlah
ketika suatu kaum di antara mereka berkata, ‘Mengapa kalian tetap
menasihati suatu kaum yang akan Allah binasakan atau Allah akan mengazab
mereka dengan siksaan yang amat keras?Maka mereka menjawab, ‘Agar ini
menjadi alasan bagi kami di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka
mau kembali bertakwa.” (Qs. Al-A’raaf: 164)
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat pada Hari Raya Kurban. Beliau berkata, “Wahai
umat manusia, hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang disucikan.
”Lalu beliau bertanya, “Negeri apakah ini? ”Mereka menjawab, “Negeri
yang disucikan. ”Lalu beliau bertanya, “Bulan apakah ini?” Mereka
menjawab, “Bulan yang disucikan.” Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya
darah, harta, dan kehormatan kalian adalah disucikan tak boleh dirampas
dari kalian, sebagaimana sucinya hari ini, di negeri (yang suci) ini, di
bulan (yang suci) ini. ”Beliau mengucapkannya berulang-ulang kemudian
mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, “Ya Allah, bukankah aku sudah
menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikannya?” (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab “Al-Khutbah ayyama Mina” no. 1739)
Kita melihat dari hadits ini,bahwa Rasul
pun berdoa kepada Allah akan apa yang sudah beliau sampaikan dari pesan
Allah tersebut. Lalu bagaimana dengan kita yang sangat jarang
menyampaikan ayat Allah kepada segenap manusia. Karena dengan
meninggalkan dakwah, manusia akan terpecah belah akibat perilaku kita
yang buruk yaitu meninggalkan dakwah.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
mengatakan, “Kalaulah bukan karena amar ma’ruf dan nahi mungkar niscaya
umat manusia (kaum muslimin) akan berpecah belah menjadi
bergolong-golongan, tercerai-berai tak karuan dan setiap golongan merasa
bangga dengan apa yang mereka miliki”.
Ikhwah fillah fil aqidah rahimakum jami’an
Allah menegaskan, bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dan paling tinggi derajatnya di antara umat
yang lain. Hal demikian, karena umat Islam memiliki aqidah, syariah dan
norma-norma yang sesuai dengan fitrahnya. Lalu kewajiban utama umat yang
terbaik adalah berdakwah dan menyempurnakan dakwah dengan amal sholeh
dan akhlaq mulia. Maka, marilah kita berupaya menjadi hamba Allah yang
terbaik dengan selalu menjaga amalan yang mulia serta bersesuaian dengan
al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyyah. Di akhir perjumpaan kita ini,saya
ingin sampaikan tentang tiga buah amalan yang agung di sisi Allah,
amalan yang dicintai-Nya, amalan yang akan mendekatkan dirimu
kepada-Nya, amalan yang akan menentramkan hatimu dimanapun kau berada,
amalan yang akan menjadi tabunganmu menyambut hari esok setelah
ditiupnya sangkakala dan hancurnya dunia beserta segenap isinya. Semoga
Allah mengumpulkan kita bersama para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan
orang-orang shalih di dalam surga-Nya…, Allahumma amin. Amalan-amalan itu antara lain,
1. Perbanyaklah berdzikir kepada-Nya
Allah berfirman “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian.” (Qs. Al-Baqarah (2): 152)
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya…” (Qs. Al-Ahzab (33): 41)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (Qs. Al-Munafiqun (63): 9)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah
suatu kaum berkumpul seraya mengingat Allah, melainkan pasti malaikat
akan menaungi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman turun kepada
mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat
yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
2. Tetaplah berdoa kepada-Nya
Allah berfirman “Rabb kalian
berfirman; ‘Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan.Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri sehingga tidak mau beribadah
(berdoa) kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina.’” (QS. Ghafir (40): 60)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu urusan yang lebih mulia bagi Allah daripada doa.” (HR. Al-Hakim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah subhanah, maka Allah murka kepada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb
kita Tabaraka wa Ta’ala setiap malam yaitu pada sepertiga malam
terakhir turun ke langit terendah dan berfirman, ‘Siapakah yang mau
berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, siapakah yang mau meminta
kepada-Ku niscaya Aku beri, siapa yang mau meminta ampunan kepada-Ku
niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Mohon ampunlah kepada-Nya
Allah berfirman,“Tidaklah Allah akan
menyiksa mereka sementara kamu berada di tengah-tengah mereka, dan
tidaklah Allah akan menyiksa mereka sedangkan mereka selalu
beristighfar/meminta ampunan.” (Qs. Al-Anfal (8): 33)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku setiap hari meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari)
Saudaraku, perjalanan waktu menggiring
kita semakin mendekati kematian. Oleh sebab itu, marilah kita isi umur
kita dengan dzikir, doa, dan taubat kepada-Nya. Mudah-mudahan kita
termasuk golongan yang dicintai-Nya, diampuni oleh-Nya, dan mendapatkan
rahmat dari-Nya.
Penulis : Ustadz Ahmad Burhanuddin, Lc